Menu

Hubungan Transaksional dalam Peningkatan Karir

1 Maret, 2023

Seringkali dalam diskursus mengenai bias gender dan posisi wanita dalam organisasi, kita terpaku pada kelangkaan perempuan. Diskursus ini baik dan penting, namun kita juga perlu membalik pertanyaan dan mengganti kacamata. Mengapa lebih banyak laki-laki di posisi utama?

Dalam ulasan oleh Harvard Business Review, ada lebih banyak laki-laki yang ambil bagian dalam hubungan transaksional untuk meningkatkan karirnya. Hubungan ini disebut sponsorship di mana seseorang tidak hanya memberikan dukungan dan nasihat, namun juga mengenalkan ‘teman’-nya kepada jejaring strategis yang mampu menunjang karir orang tersebut. Hubungan ini bersifat mutualisme, kedua belah pihak saling diuntungkan dan menguntungkan. Hal ini berbeda dengan mentor yang bersifat sukarela dan hanya menguntungkan anak didik. While mentors help you skill up, sponsors help you move up.

Hubungan Sponsorship Terjengkal Sistem Patriarki

Sayangnya, hubungan sponsorship sering dikaitkan dengan stereotip maskulin: berani mengambil resiko, memiliki kontrol, dan tegas. Mitos buruk tentang perempuan yang berorientasi karir serta lekatnya stereotip feminin yang berhati-hati, simpatik, dan ramah menurunkan kesempatan perempuan untuk mengakses hubungan ini. Hal ini tentu menjadi sandungan di tengah usaha menyetarakan kontribusi berbagai gender di posisi direksional.

Atas alasan sistem patriarki pulalah, perempuan yang berhasil mengakses hubungan ini tidak menerima kesan baik di masyarakat. Columbia Business School membuktikan hal ini dengan studi kasus Heidi Roizen. Roizen berhasil mengembangkan karir sebagai venture capitalist dengan memanfaatkan jejaringnya. Ketika namanya diganti menjadi Howard Roizen, responden menyatakan bahwa mereka tertarik bekerja sama dengan Howard. Ketika nama tersebut dikembalikan, responden enggan bekerja sama meski keduanya sama-sama kompeten, karena Heidi terlihat egois dan terlalu taktikal.

Apa yang Harus Dilakukan?

Masalah kesetaraan tidak bicara tentang perempuan atau laki-laki, melainkan perempuan dan laki-laki. Perempuan perlu lebih menghargai potensinya untuk lebih aktif mengakses hubungan mutualisme tersebut. Meskipun keberhasilan merupakan hasil kontribusi berbagai pihak, namun kerja keras diri sendiri juga perlu diapresiasi. Nilai diri yang solid akan mendorong perempuan untuk lebih berani menegosiasikan posisi dan kebutuhannya.

Lingkungan juga perlu mengapresiasi usaha-usaha tersebut. Organisasi yang mengambil langkah tegas dalam menuntaskan masalah kesetaraan dapat menjadi langkah awal yang baik. Selanjutnya, menawarkan kesempatan jejaring dengan lebih terbuka mampu mendorong mereka untuk lebih giat mengembangkan karirnya. Apabila Anda mampu menawarkan hubungan sponsorship, coba tawarkan pada perempuan. Perempuan tidak kalah loyal dalam hubungan sosial yang tentu akan memberikan keuntungan jangka panjang.

Share this page

facebook twitter linkedin whatsapp messenger telegram gmail outlook email

cross