Bulan lalu, kegiatan Ngopi Cakep episode 18 kembali menyajikan diskusi menarik dengan tema "Inisiatif Kewirausahaan Sosial oleh Organisasi Masyarakat Sipil". Inisiatif ini diinisiasi oleh Re.Search, mengundang Nani Zulminarni, seorang Direktur Asia Tenggara Yayasan Ashoka Indonesia, dan Emilia Tri Setyowati, seorang Sekretaris Eksekutif Yayasan Bina Swadaya, sebagai narasumber yang berbagi pengalaman dan wawasan dalam mengembangkan serta mengimplementasikan kewirausahaan sosial di Indonesia.
Ashoka: Kerangka Berpikir Kewirausahaan Sosial
Ashoka, organisasi yang didirikan oleh Bill Drayton pada tahun 1981, telah menjadi pionir dalam mempromosikan konsep kewirausahaan sosial. Drayton terkenal dengan kutipannya, "Wirausaha sosial tidak puas hanya dengan memberikan ikan, atau mengajarkan cara memancing, mereka tidak akan berhenti hingga mereka menciptakan revolusi industri perikanan." Kutipan ini menggambarkan visi besar tentang bagaimana kewirausahaan sosial harus membawa perubahan sistemik yang mendalam bagi masyarakat.
Sejarah dan Peran Ashoka
Ashoka telah mengidentifikasi dan mendukung lebih dari 4.000 fellows di 85 negara, dengan 205 di antaranya berada di Indonesia. Para fellows ini adalah individu yang menunjukkan kemampuan luar biasa dalam menciptakan solusi inovatif untuk berbagai masalah sosial. Mereka bekerja di berbagai bidang, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga lingkungan.
Kenapa wirausaha sosial sangat dibutuhkan dan relevan hingga saat ini?
Karena dunia terus mengalami perubahan yang tidak terprediksi, menimbulkan berbagai persoalan, termasuk kesenjangan sosial yang semakin dalam. Laporan UNDP tahun 2022 menunjukkan adanya ketimpangan pendapatan yang signifikan di Indonesia:
- Rata-rata pendapatan nasional orang dewasa adalah Rp 69 juta per tahun atau Rp 5,7 juta per bulan.
- 50% populasi terbawah mendapatkan Rp17.143.930 per tahun atau Rp 1,4 juta per bulan.
- 10% populasi orang dewasa teratas mendapatkan rata-rata 19 kali lebih banyak, yaitu Rp 331.646.370 per tahun atau Rp 27,5 juta per bulan.
- 1% populasi teratas di Indonesia mendapatkan rata-rata 73 kali lebih banyak, yaitu Rp 1.261.556.780 per tahun atau Rp 105,1 juta per bulan.
Data ini memperlihatkan betapa mendesaknya kebutuhan akan wirausaha sosial sebagai upaya untuk menciptakan dampak sosial dampak sosial yang luas dan mendalam.
Strategi Kewirausahaan Sosial menurut Bill Drayton
Bill Drayton mengidentifikasi tiga strategi utama yang dapat dilakukan oleh wirausaha sosial di seluruh dunia:
- Karitatif:Tidak hanya memberi ikan, namun memberi tahu bagaimana mendapatkan ikan. Tidak hanya memberi bantuan modal, tapi juga memberi tahu bagaimana mengelola modal tersebut.
- Pemberdayaan: Melalui kegiatan pelatihan, peningkatan kapasitas, dan penyediaan sarana prasarana produksi.
- Perubahan Sistem: Melakukan upaya untuk merevolusi suatu industri, menciptakan perubahan sistemik yang mendalam.
Bagaimana Kewirausahaan Sosial Bisa Berkelanjutan?
Menurut Ashoka, ada enam elemen yang perlu diperkuat agar wirausaha sosial dapat terus berkarya:
- Kepemimpinan Intergenerasi: Pentingnya memiliki generasi penerus yang dapat melanjutkan visi dan misi.
- Gagasan Baru dalam Konteks yang Berubah: Kapasitas untuk memunculkan gagasan baru yang relevan dengan perubahan zaman.
- Kualitas Kewirausahaan: Mengembangkan gagasan baru dan menjawab tantangan masa kini.
- Etika: Memastikan bahwa tindakan yang diambil selalu berdasarkan prinsip-prinsip etika yang kuat.
- Sumber Pendanaan Berkelanjutan: Menjamin keberlanjutan pendanaan untuk menjalankan misi sosial.
- Dampak Sosial yang Luas dan Sistemik: Fokus pada perubahan yang berdampak luas dan sistemik.
Bina Swadaya: Pionir Kewirausahaan Sosial di Indonesia
Bina Swadaya, yang didirikan pada tahun 1967 oleh Bambang Ismawan, adalah salah satu contoh konkret bagaimana konsep kewirausahaan sosial diterapkan di Indonesia. Sebelum istilah "wirausaha sosial" dikenal, Bina Swadaya sudah mengimplementasikan prinsip-prinsip tersebut dalam berbagai inisiatifnya.
Sejarah dan Visi Bina Swadaya
Bina Swadaya berawal dari gerakan sosial ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia. Dalam perjalanannya, Bina Swadaya berkembang menjadi lembaga kewirausahaan sosial yang memiliki visi untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui berbagai inisiatif yang berkelanjutan.
Struktur Organisasi
Bina Swadaya memiliki struktur organisasi yang unik dengan yayasan sebagai induk, yang memiliki anak perusahaan dalam bentuk koperasi dan PT (Perseroan Terbatas). Struktur ini memungkinkan Bina Swadaya untuk menjalankan berbagai kegiatan sosial sambil tetap memastikan keberlanjutan finansial melalui unit bisnis yang dimiliki.
Model Bisnis dan Inisiatif
Bina Swadaya menjalankan berbagai inisiatif yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat, antara lain:
- Penerbitan dan Literasi: Melalui majalah Trubus dan penerbitan buku-buku pertanian, Bina Swadaya berkontribusi dalam meningkatkan literasi dan pengetahuan masyarakat.
- Toko Pertanian Trubus: Menyediakan kebutuhan pertanian yang berkualitas untuk mendukung petani.
- Bank Perkreditan Rakyat (BPR): Memberikan akses pembiayaan kepada usaha mikro.
- Pertanian dan Peternakan Organik: Mengedukasi petani tentang praktik pertanian berkelanjutan dan organik.
Kontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
Bina Swadaya juga aktif berkontribusi terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dengan fokus pada:
- Pengentasan Kemiskinan: Melalui program-program yang meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat.
- Pertanian Berkelanjutan: Mendorong praktik pertanian organik dan ramah lingkungan.
- Kesetaraan Gender: Mengintegrasikan kesetaraan gender dalam setiap inisiatifnya.
Tantangan dan Keberlanjutan
Bina Swadaya menghadapi tantangan dalam menjaga keberlanjutan inisiatifnya, terutama dalam hal sumber daya manusia yang kompeten dan memiliki visi yang sama. Namun, dengan model bisnis yang adaptif dan fokus pada pemberdayaan, Bina Swadaya terus berupaya untuk menjadi lembaga yang memberikan dampak sosial yang signifikan dan berkelanjutan.
Wirausaha sosial memainkan peran yang sangat penting dalam menciptakan perubahan yang mendalam dan berkelanjutan di masyarakat. Ashoka dan Bina Swadaya adalah contoh nyata bagaimana konsep ini dapat diimplementasikan dengan sukses. Dengan fokus pada inovasi, pemberdayaan, dan perubahan sistemik, wirausaha sosial dapat membantu mengatasi berbagai tantangan global dan lokal, menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan.