Menu

Menilik Alasan di Balik Pembentukan Re.Search

Dalam satu frasa: kesehatan finansial organisasi

30 November, 2021

Pemerintah Indonesia pada tahun 2019 menyebutkan, terdapat 431.465 Civil Society Organization (CSO) yang masuk ke dalam database. Besarnya jumlah CSO di Indonesia membuktikan bahwa peranan masyarakat sipil dalam pembangunan bersifat aktif dan berpengaruh.

Akan tetapi, ditemukan beberapa CSO yang kini tertatih dalam berdinamika mengikuti perkembangan masyarakat dan advokasi berbagai isu karena terjebak urusan pengelolaan sumberdaya organisasi. Salah satu masalah krusial yang mengakar dan berdampak pada CSO, yaitu pengelolaan sektor finansial organisasi.

Kenapa bisa terjadi dan kenapa Re.Search harus hadir?

Fenomena Pendanaan Satu Arus

Sumber pendanaan CSO di Indonesia maupun dunia saat ini berasal dari dana hibah maupun donor dari lembaga internasional, organisasi internasional, korporasi global maupun nasional. Faktanya, temuan Scanlon dan Alawiyah (2015) menyatakan bahwa 70% NGO di Indonesia masih didukung oleh sumber pendanaan berbasis hibah ataupun donor.

Data asesmen yang dilakukan oleh tim pelaksana Re.Search juga menunjukkan bahwa baru segelintir organisasi yang mencoba alternatif pendanaan selain dari hibah dari organisasi besar seperti Bank Dunia, Agensi PBB, maupun organisasi non-profit internasional lainnya.

Alternatif Pendanaan + Pengelolaan = Kesehatan Finansial

Tidak hanya dari sisi hulu yang membahas sumber pendanaannya, di sisi manajemen dan pengelolaan finansial, fakta di lapangan menyebutkan bahwa CSO masih membutuhkan dukungan untuk membuat pengelolaan finansial menjadi lebih sehat. Konteks kesehatan finansial bagi CSO yaitu bagaimana CSO tidak hanya tergantung oleh sumber pendanaan yang terbatas.

Tren global juga saat ini mendorong CSO untuk bisa mencari sumber pendanaan alternatif. Hal ini karena kenaikan status Indonesia dari negara dengan ekonomi menengah ke bawah menjadi negara ekonomi menengah berimplikasi kepada berkurangnya sumber-sumber dana internasional yang dialihkan untuk sektor pembangunan manusia maupun infrastruktur. Walaupun keran pendanaan tidak akan tertutup secara ekstrem, namun tetap saja ini menjadi pertanda bahwa CSO harus pintar-pintar mencari sumber pendanaan alternatif.

Permasalahan krusial yang dihadapi oleh CSO di Indonesia atas masalah sumber pendanaan terletak pada masalah inovasi, pengembangan kapasitas dan jejaring.

Dari sisi inovasi, CSO lebih banyak berfokus kepada pelaksanaan aktivitas dan kegiatan yang menjadi tujuan dari organisasi. Di satu sisi, melakukan inovasi untuk mencari sumber pendanaan butuh sumber daya dan waktu untuk menghasilkan ide.

Berikutnya, yaitu seputar kapasitas manusia dalam CSO. Bagaimana sebuah organisasi dapat melakukan inovasi, tanpa didukung oleh kemampuan kapasitas dan pengetahuan yang dimiliki oleh para staf dan pemimpin organisasi. Oleh karena itu, dukungan kapasitas diperlukan untuk menunjang kemampuan organisasi untuk melakukan perubahan dan inovasi.

Sedangkan jika membahas jejaring, keterbatasan sumber pendanaan juga sangat erat dengan terbatasnya jejaring yang dimiliki. Jika informasi yang didapatkan oleh CSO seputar sumber pendanaan dari donor dan mitra terbatas, bagaimana proses diversifikasi sumber pendanaan bisa dilakukan? Dibutuhkan satu ekosistem yang menjadi tempat bagi CSO dan stakeholder terkait untuk saling bertemu dan memahami potensi kolaborasi antar seluruh stakeholder.

Perlunya Wadah Kolaboratif dan Pengembangan Kapasitas

Peranan CSO yang krusial tidak bisa terhambat karena keterbatasan sumber pendanaan maupun tata kelola organisasi yang kurang efektif dan efisien. Kebutuhan inovasi dan pengembangan kapasitas serta jejaring yang menjadi tantangan CSO di Indonesia perlu diwadahi dalam satu ekosistem yang memberikan kesempatan untuk melakukan inovasi dan proses peningkatan kapasitas.

Konsep wadah belajar bagi CSO bukan merupakan barang baru dalam skala global. Spring Strategies dan Acumen telah menjadi wadah belajar bagi CSO secara global untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan dan resiliensi ekonomi. Isu-isu mengenai inovasi pendanaan, tata kelola organisasi, kepemimpinan non-profit, hingga fundraising menjadi hal yang dibahas dengan menarik oleh keduanya.

Meski begitu, Re.Search sadar akan konteks kebutuhan CSO Indonesia yang distingtif. Hal ini menjadi pendorong Re.Search untuk memberikan dukungan dalam pengembangan resiliensi dan diversifikasi pendanaan, pengelolahan finansial, penguatan tata kelola organisasi dan juga kepemimpinan yang adaptif dengan pendekatan yang disesuaikan untuk CSO Indonesia.

Dalam Re.Search, kami mendorong kolaborasi antar stakeholder seperti capacity builders, CSO, dan stakeholder lainnya agar terjadi proses interaksi yang organik dan mutual. Re.Search dibangun untuk mewadahi proses peningkatan kapasitas dan jejaring bagi CSO yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Oleh karena itu, mari berbagi dan berjejaring dan belajar bersama untuk mendorong satu sama lain menjadi organisasi yang kokoh secara finansial untuk terus berdampak.

Sumber:
Scanlon, M. M. dan Alawiyah, T. (2015). The NGO Sector in Indonesia: Context, Concepts, and an Updated Profile Megan McGlynn Scanlon and Tuti Alawiyah. Knowledge Sector Indonesia. Retrieved from https://www.ksi-indonesia.org/assets/uploads/original/2020/02/ksi-1580493585.pdf

Share this page

facebook twitter linkedin whatsapp messenger telegram gmail outlook email

cross