Menu

Praktik dalam Mengadaptasi People & Culture pada OMS

13 Juli, 2023

Tidak hanya sebatas upaya adaptasi selama pandemi, transformasi budaya kerja baru melalui praktik people & culture berdampak signifikan pada organisasi masyarakat sipil (OMS). Karena OMS dapat memberikan fokus pada pengembangan anggota tim, yang nantinya berpengaruh dalam meningkatkan efektivitas kegiatan operasional dengan munculnya beragam inovasi. Salah satunya adalah mulai dari memindahkan rutinitas kerja menjadi daring atau hybrid, hingga aktivitas koordinasi yang fleksibel pada operasional OMS.

Salah satu pengaruhnya adalah penciptaan dan meluaskan skala dampak dari misi OMS hingga menjadi cara baru OMS menciptakan ketahanan finansial, seperti meningkatnya upaya fundraising secara daring yang lebih memudahkan masyarakat yang berminat dengan isu yang dibawa OMS.

Memiliki rutinitas yang sudah well-established dalam operasional OMS sering terlewat saat situasi sedang stabil, tetapi terasa sekali dampaknya dengan kehadiran situasi tidak terduga. Jika menilas balik pada periode sebelum pandemi COVID-19 terasa sekali perbedaan dan perubahan sistem pada periode pandemi maupun periode endemi saat ini.

Agar OMS dapat terus beroperasi dalam situasi apapun—termasuk peristiwa tidak terduga seperti pandemi, misalnya—perlu beberapa pendekatan untuk mencapainya. Tim Re.Search merangkum 4 strategi adaptasi yang OMS dapat terapkan untuk menciptakan budaya kerja baru pada organisasi.

Menciptakan budaya cekatan (agile) dalam OMS

Dalam mengantisipasi situasi yang tidak terduga, OMS perlu menciptakan budaya pengambilan keputusan yang tanggap. Budaya ini dapat tercipta melalui pengumpulan data informasi yang komprehensif dalam membuat keputusan. Budaya kerja yang cekatan juga dapat terlihat dari bagaimana OMS menyusun prioritas dalam menyelesaikan masalah atau tantangan yang dihadapi yaitu dengan memilah dan mengurutkan mana saja yang perlu segera diselesaikan.

Membangun tim kerja yang berdikari

Berkaca dari perubahan budaya kerja yang secara umum menjadi lebih fleksibel saat pandemi, dapat memungkinkan tim dapat bekerja secara berdikari. Misalnya, tim tidak perlu menghadiri seluruh rapat dan koordinasi lain yang kurang relevan dengan pekerjaannya. Oleh karena itu, tim dapat memprioritaskan hasil kerja agar sesuai dengan visi dan misi organisasi.

Selain itu, OMS juga dapat menyediakan support systems yang memudahkan staff untuk memberikan feedback secara dua arah. Selanjutnya, feedback tersebut dimasukkan dalam rutinitas kerja yang dapat memudahkan mereka beradaptasi pada tantangan ke depannya. Dengan membangun tim kerja yang berdikari, OMS sejatinya sedang mengantisipasi tantangan yang akan datang. Yaitu dengan mengobservasi dan mengidentifikasi kebutuhan dari tim kerja, lalu menyiapkan tim kerja agar dapat berdikari dalam menghadapi tantangan tersebut.

Menghadirkan kepemimpinan yang mampu beradaptasi

Pemimpin yang baik perlu memiliki keterampilan menyelesaikan masalah yang efektif. Misalnya, ia perlu meluangkan waktu untuk melatih anggota tim saat menghadapi tantangan dan mempercepat adaptasi pada situasi dan kondisi yang baru. Pemimpin juga dapat mengembangkan kemampuan yang membantu anggota mengendalikan situasi, serta menerapkan solusi untuk respons jangka pendek dan jangka panjang.

Menginvestasikan cohesive company culture pada OMS

Cohesive culture secara singkat dapat diartikan sebagai budaya kerja terpadu dalam organisasi. Dalam hal ini, OMS memiliki ciri khas dan keunikannya sendiri jika dibandingkan dengan organisasi atau perusahaan secara umum, karena kecenderungan anggota tim OMS yang memiliki keselarasan komitmen pada visi, misi, dan keunikan OMS. Berdasarkan budaya kerja terpadu ini, OMS dapat membangun operasional yang tangguh misal mengadakan pelatihan terutama dalam keterampilan digital, yang dapat menjadi upaya adaptasi pada budaya kerja baru.

Berinvestasi dengan cara ini berpengaruh pada ketahanan dan ketangguhan OMS di berbagai sisi dalam jangka waktu yang panjang, karena; dapat membentuk lingkungan yang dapat beradaptasi akan memudahkan hadirnya talenta terbaik dalam tim OMS, yang nantinya, dapat meneruskan rantai ketangguhan OMS sebagai lembaga.

Dalam mencapai tujuannya, OMS tidak lepas dari berbagai permasalahan dan keempat cara di atas dapat membantu OMS agar lebih tangguh. OMS dapat menyesuaikan strategi apa yang dianggap menjadi prioritas utama untuk dilakukan. Karena setiap keputusan, budaya, hingga gaya kepemimpinan tidak hanya berdampak pada saat ini, tapi juga berimplikasi pada target jangka panjang organisasi.

Bacaan lebih lanjut:

https://hbr.org/2020/11/building-organizational-resilience

https://hbr.org/2020/11/building-organizational-resilience

https://www.forbes.com/sites/forbesbusinesscouncil/2022/09/15/championing-the-new-workplace-culture/?sh=130d07d6428c

https://www.forbes.com/sites/theyec/2018/03/12/10-proven-methods-for-creating-a-cohesive-company-culture/?sh=12d0550f69c8

https://www.mckinsey.com/capabilities/people-and-organizational-performance/our-insights/raising-the-resilience-of-your-organization

https://link.springer.com/article/10.1007/s40685-019-0085-7

https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/sg/Documents/about-deloitte/sea-about-four-postures-toward-resilience.pdf

Share this page

facebook twitter linkedin whatsapp messenger telegram gmail outlook email

cross