Menu

Strength-Based Approach dalam Pengelolaan SDM

Dimulai dengan ABCD, diterapkan dengan 4D

29 September, 2021

Untuk setiap solusi yang dihadirkan OMS di tengah masyarakat, diperlukan tangan dan kepala yang bersedia mencurahkan kompetensinya. Untuk itu, Koalisi Seni menunjukkan bagaimana mereka melakukan pengelolaan SDM berbasis strength-based approach. Konsep ini merupakan konsep yang dicetuskan oleh Dr. Kathryn Cramer dan menjadi dasar dari buku Change The Way You See Everything through Asset Based Thinking.

Pendekatan ini berfokus kepada kekuatan atau kelebihan yang dimiliki, bukan kepada kekurangan dan yang sifatnya defisit. Perlu diingat bahwa strength-based approach tidak menegasikan atau mengabaikan adanya masalah, namun justru membantu pengguna dalam mengetahui tantangan yang disebabkan oleh masalah tersebut secara lebih holistik.

Tiga langkah dalam strength-based approach

Langkah pertama untuk memulai strength-based approach adalah dengan asset-based thinking. Asset-based thinking berfokus kepada kemampuan diri, kelebihan, dan kekuatan untuk digunakan dalam apapun yang kita kerjakan. Perubahan mindset yang diinisiasi oleh langkah ini berguna untuk menghasilkan workable relationship, mendorong tumbuhnya inisiatif, dan perkembangan yang berkesinambungan (Hammond, 2010). Untuk bisa menerapkan mindset tersebut, kita harus berfokus kepada apa yang berhasil, bukan pada apa yang gagal, baik dalam menyerap, memahami, menyaring, dan menafsirkan informasi. Lewat penerapan ini, kita dapat mengubah cara kita melihat diri sendiri, orang lain, dan situasi.

Setelah itu masuk ke ABCD: asset-based community development. Dalam buku bertajuk Building Communities from the Inside Out: A Path Toward Finding and Mobilizing a Community’s Assets, Kretzmann dan McKnight (1993) menyatakan bahwa suatu perkembangan yang berarti dapat muncul dalam suatu komunitas apabila komunitas tersebut memfokuskan upayanya pada kapasitas dan sumber daya mereka. Strategi ini didasarkan pada tiga nilai, yakni: setiap orang memiliki kemampuan dan pengalaman, setiap orang memiliki sesuatu untuk dikontribusikan, dan kepedulian seseorang merupakan motivasinya untuk bergerak.

Untuk menerapkan strategi tersebut, Koalisi Seni menggunakan metode 4D: Discover, Dream, Design, dan Deliver/Destiny. Seluruh pendekatan dan metode ini dapat dilakukan apabila organisasi berlandaskan prinsip partisipatoris dan egaliter yang menjunjung kesempatan setiap orang untuk berkontribusi, baik dalam hal ide, keputusan, tanggung jawab, hingga aktivitas.

Aktivitas dan penerapan

Koalisi Seni menerapkan 4D dalam setiap bagian pengelolaan SDM. Discover diterapkan dalam tahap perekrutan staf hingga outboarding. Kemudian dream dipakai untuk menyelaraskan visi staf dan organisasi, serta bagaimana staf mampu berpartisipasi di dalamnya. Design dipakai untuk mengetahui dan memanfaatkan aset yang dimiliki staf untuk meraih visi yang telah diciptakan. Tahap deliver dipakai dalam pemantauan rasa percaya diri staf dalam berkontribusi dan untuk mengajak staf untuk merefleksikan seluruh komponen kegiatan staf.

Selama masa pandemi, Koalisi Seni berusaha menerapkan keseluruhan strength-based approach dengan memperlengkapi staf dengan dokumen panduan WFH. Selain itu, organisasi ini juga berusaha memelihara hubungan antar anggota lewat komunikasi daring yang aktif, seperti: pengisian daily timesheet, weekly check-in, group fun, dan arsip digital.

Organisasi berdiri karena ada anggota di dalamnya. Organisasi berjalan karena kontribusi anggota di dalamnya. Seperti pada tulisan di atas, diperlukan kepedulian untuk mendorong seseorang bergerak. Organisasi yang berfokus pada kemampuan anggota akan menciptakan motivasi anggota untuk berpartisipasi. Seluruh hal ini dapat timbul apabila anggota memiliki akses terhadap dukungan dan komunitasnya.

Artikel ini merupakan rangkuman dari Peer Learning September 2021. Terima kasih kepada Ibu Retha Dungga (Manager Pengembangan Organisasi & Partnership Koalisi Seni) atas materi dan cerita yang dibagikan dalam kegiatan tersebut.

Tentang organisasi:

Koalisi Seni merupakan organisasi yang berfokus pada pembangunan ekosistem seni di Indonesia lewat advokasi kebijakan di sektor seni, pembentukan Dana Abadi Kesenian, dan pengelolaan pengetahuan. Informasi lebih jelas mengenai Koalisi Seni dapat diakses di https://koalisiseni.or.id/.

Sumber:

JP, K., & McKnight, J. L. (1993). Building communities from the Inside out: A path Toward Finding and Mobilizing a Community’s Assets. 1–11

Hammond, W. (2010). Principles of strength-based practice. Resiliency initiatives, 12(2), 1–7.

Share this page

facebook twitter linkedin whatsapp messenger telegram gmail outlook email

cross