Hingga umurnya yang baru saja menginjak angka 76 ini, Indonesia telah mengalami berbagai macam transisi. Pada masa-masa tersebut tentunya organisasi masyarakat/OMS memiliki peranan penting sebagai kunci pendorong munculnya reformasi sosial seperti dukungan atas hak-hak perempuan, kebebasan berpendapat, isu lingkungan, dan lainnya.
Transisi sosial yang terjadi sampai ke bagian terkecil masyarakat juga memunculkan masalah-masalah sosial dan/atau lingkungan baru. Kemunculan masalah-masalah tersebut mempertegas pentingnya kehadiran OMS Indonesia dalam berbagai aktivitas penguatan masyarakat dan lingkungan di berbagai skala.
Agar dapat terus konsisten hadir dalam berbagai peristiwa di masyarakat, ada banyak faktor pendukung yang perlu diperhatikan, baik sisi internal maupun eksternal. Salah satunya adalah upaya pengelolaan program dan struktur organisasi, serta sumber daya manusia dan regenerasi kepengurusan.
Sayangnya, mengelola kedua hal tersebut tidak semudah menuliskannya. Kesulitan dalam memberikan kepercayaan untuk mengelola organisasi hingga sulitnya melibatkan anggota lintas generasi merupakan salah satu sebab rendahnya potensi regenerasi yang baik dalam organisasi.
Scanlon dan Alawiyah (2015) menyatakan bahwa pengambilan keputusan organisasi umumnya dilakukan hanya oleh beberapa decision maker yang berada di tingkat kepengurusan tertinggi. Pengambilan keputusan yang dilakukan secara terbatas tersentralisasi ini berpotensi menimbulkan rendahnya kepercayaan dan interaksi esensial antara staf dengan dewan pengurus atau pengurus utama.
Rendahnya keragaman dan pelibatan anak muda dalam jabatan strategis juga menjadi salah satu temuan yang disoroti. Meski sulit, keragaman dan pelibatan anggota lintas umur dapat membukakan organisasi pada metode-metode baru untuk merespon masalah yang ada di masyarakat. Keterlibatan anggota muda dalam pengambilan keputusan juga mempengaruhi bagaimana kemampuan organisasi dalam menyesuaikan diri dengan dinamika sosial yang ada.
Bekerja di sektor penegakan hak dan lingkungan, memberdayakan komunitas, dan harus berbenturan dengan berbagai badan lain untuk meningkatkan kualitas hidup suatu kelompok bukan barang mudah. Tantangan-tantangan tersebut bisa jadi menurunkan semangat anak muda untuk terjun ke dunia OMS.
Oleh karena itu, kecakapan organisasi dalam menyaring dan menanamkan nilai-nilai organisasi serta budayanya kepada talenta-talenta muda menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa dibantah. Dibutuhkan strategi untuk menarik generasi muda dalam mengembangkan organisasi sesuai kebutuhan jaman.
Bagaimana dengan organisasi Anda?
Sumber:
Scanlon, M. M. dan Alawiyah, T. (2015). The NGO Sector in Indonesia: Context, Concepts, and an Updated Profile Megan McGlynn Scanlon and Tuti Alawiyah. Knowledge Sector Indonesia. Retrieved from https://www.ksi-indonesia.org/assets/uploads/original/2020/02/ksi-1580493585.pdf